Senin, 27 September 2010

Gunung Singgalang

Gunung Singgalang terletak berdekatan dengan dua gunung lainnya, yaitu Gunung Tandikek pada bagian yang sama dan Gunung Merapi pada bagian yang lainnya.

Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh Gunung Singgalang adalah Telaga Dewi, yang berada pada ketinggian 2762 mdpl dengan luas sekitar 1 ha. Disamping air yang jernih, daerah disekitar telaga dapat dijadikan sebagai tempat menginap bagi para pendaki.

Untuk mencapai Koto Baru sebagai titik awal pendakian, dari Padang anda dapat menggunakan Bus jurusan Bukittinggi, yang bisa ditemukan di Terminal Regional Bingkuang, Aie Pacah, dengan ongkos Rp 8.000,- beberapa diantaranya ANS dan NPM dan dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.

Sedangkan bagi anda yang ingin naik dari rute Salimparik, anda harus turun di daerah Padang Lua (setelah Koto Baru kalau dari Padang).

Rute Perjalanan / Pendakian

Dari Padang ke Koto Baru,di pasar kotobaru [simpang pandai sikek] tunggu angkot ke desa tanjung, dari sini (sebagai titik awal pendakian) memakan waktu sekitar 2 jam berjalan kaki menuju Pesanggrahan (sekarang disamping Tower RCTI), yang juga merupakan tempat untuk melaporkan pendakian. Anda juga bisa menggunakan angkutan pedesaan (biasa disebut dengan Cigak Baruak) berupa Carry.

Untuk menuju ke Telaga Dewi atau ke puncak Gunung Singgalang (Pilar), tidak susah lagi untuk mencari pedoman perjalanan, dengan adanya tiang-tiang listrik yang terpasang sampai ke tower RCTI di Pilar. Bagi saya, tiang listrik tersebut merusak dan menghancurkan keindahan yang ada, dan juga membuat perjalanan menjadi amat membosankan, apabila ditambah dengan petunjuk-petunjuk “iseng” yang dipasang di tiang listrik tersebut. “50 tiang lagi, puncak!”. “10 tiang lagi, puncak!”. Gila! bukannya menikmati perjalanan dan keindahan yang sudah dirusak oleh tiang listrik, kita malah jadi sibuk menghitung-hitung tiang listrik yang kita lewati.

Bagi anda yang lebih menyukai rute perjalanan yang sunyi dan jarang dilewati oleh pendaki lainnya serta pemandangan yang masih alami, anda dapat menggunakan rute dari Salimparik, Sungai Tanang (saya sendiri mungkin lebih menyarankan anda untuk naik Gunung Singgalang dari rute ini, lebih nyaman dan lebih landai, walaupun memakan waktu yang lebih lama kalau dibandingkan dari Koto Baru).

Dari simpang Padang Luar (Pasar Padang Luar), anda dapat naik angkutan pedesaan menuju ke Dusun Salimparik dengan ongkos Rp 1.500,- dan turun di batas akhir jalan, dimana mobil akan berputar lagi ke bawah.

Kalau anda tidak ingin melakukan pendakian malam hari, sebaiknya pendakian dilakukan paling lambat pada jam 13.00, dimana dengan perjalanan santai memakan waktu sekitar 3 jam menuju ke bivak I. Sebelum menuju ke bivak I (sekitar 15 m sebelum bivak I, kita akan memotong aliran sungai (pindah punggungan), yang merupakan sumber air pada saat kita menginap di area ini.

Apabila anda berniat naik pagi (sekitar jam 09.00), anda bisa mencapai bivak II (sekitar jam 16.00). Pada area ini, kalau anda mau, banyak tumbuhan hutan yang bisa makan, seperti pakis gajah, begonia, arbei, dan beberapa tumbuhan lainnya yang lainnya.

Dari bivak II, apabila berangkat sekitar jam 09.00, dengan jalan santai anda akan sampai di Cadas sekitar pukul 13.00. Untuk masuk ke daerah cadas, dari rute perjalanan sebelumnya anda akan bertemu simpang jalan (kedua jalan tersebut sama-sama mengarah ke Telaga Dewi, jadi anda bisa memilih rute yang anda suka). Untuk rute yang mengarah ke kanan, maka dalam jarak sekitar 10 m anda akan sampai di daerah cadas, dan 100 m dari sana kembali masuk hutan yang menuju ke daerah Telaga Dewi.

Sumber Air

Untuk rute dari Salimparik, sumber mata air yang dapat digunakan adalah anak-anak sungai yang walaupun dalam kondisi kemarau masih dialiri oleh air. Pada bivak I (tempat bermalam yang dapat digunakan di perjalanan), sumber air adalah aliran air pada lembah yang kita lintasi dalam perjalanan. Sedangkan pada bivak II, sumber airnya adalah aliran air yang sama pada bivak I, namun untuk mencapainya turun agak jauh ke bawah, sekitar 10 m ke arah kiri jalur.

Danau Maninjau

Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam.

Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.

Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.

Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Hotel(Maninjau Indah Hotel, Pasir Panjang Permai) serta penginapan dan restoran.

Danau Singkarak

Danau Singkarak berada di dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.

Danau ini memiliki luas 107,8 km² dan merupakan danau terluas ke-2 di pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Namun sebahagian air danau ini dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak[1] di dekat Lubuk Alung, kabupaten Padang Pariaman.

Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan yang diperkirakan hanya hidup di danau ini[2], dan menjadi salah satu makanan khas. Penelitian para ahli mengungkapkan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di habitat Danau Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dengan ketersediaan bahan makanannya yang terbatas.

Dari 19 spesies itu, tiga spesies di antaranya memiliki populasi kepadatan tinggi, yakni ikan Bilih/Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang/Nilem (Osteochilus brachmoides) dan Rinuak. Spesies ikan lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah, Turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), Lelan/Nillem (Osteochilis vittatus), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota) dan Gariang/Tor (Tor tambroides).

Kemudian, spesies ikan Kapiek (Puntius shwanefeldi) dan Balinka/Belingkah (Puntius Belinka), Baung (Macrones planiceps), Kalang (Clarias batrachus), Jabuih/Buntal (Tetradon mappa), Kalai/Gurami (Osphronemus gurami lac) dan Puyu/Betok (Anabas testudeneus).

Selanjutnya, spesies ikan Sapek/Sepat (Trichogaster trichopterus), Tilan (mastacembelus unicolor), Jumpo/Gabus (Chana striatus), Kiuang/Gabus (Chana pleurothalmus) dan Mujaie/Mujair (Tilapia pleurothalmus), tambah Hafrijal.

Dengan hanya ada 19 spesies ikan yang hidup di Danau Singkarak menunjukkan keanekaragaman ikan di tempat itu tidak telalu tinggi. Kondisi mesogotrofik Danau Singkarak yang menyebabkan daya dukung habitat ini untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan betos, sangat terbatas.

Dari beberapa kali penelitian menunjukan populasi plankton dan betos di Danau Singkarak sangat rendah.

Padahal komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari terbentuknya suatu mata rantai makanan dan memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem danau.

Kondisi tersebut, menyebabkan sumber nutrisi utama ikan secara alamiah umumnya adalah berbagai jenis plankton dan bentos.

Danau Singkarak berada pada letak geografis koordinat 0, 36 derajat Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter.

Danau ini memiliki daerah aliran air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter per bulan.